WEBINAR BEDAH NASKAH KUNO "PEREMPUAN DALAM NASKAH CANDRARINI DAN PIWULANG ESTRI"
Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY menyelenggarakan Webinar Bedah Naskah Kuno yang bertemakan “Perempuan Dalam Naskah Candrarini dan Piwulang Estri” yang diselenggarakan melalui luring dan daring melalui Zoom Metting (23/4/2021). Webinar dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, Dra. Monika Nur Lastiyani, MM. Kegiatan ini diadakan guna memperingati Hari Kartini pada tanggal 21 April lalu.
Bedah naskah kuno ini menghadirkan dua narasumber yaitu Prof. Dr. Endang Nurhayati, M. Hum dari Fakultas Bahasa dan Seni UNY dengan sub tema “Perempuan dalam Naskah Candrarini” dan Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. dari Pusat Studi Kebudayaan UGM/Prodi Sastra Jawa FIB UGM yang bertemakan “Perempuan dalam Naskah Piwulang Estri”. Dalam acara ini dimoderatori oleh I Made Ch. W. Rediana, S.S. dari Pusat Studi Kebudayaan UGM.
Dalam pemaparan Prof. Dr. Endang Nurhayati, M. Menjelaskan bahwa Naskah Candrarini sendiri berisi tentang perempuan. Pada zaman dahulu istilah wanita diartika wani ditata sehingga perempuan harus tahan banting memiliki kekuatan yang luar biasa, meskipun tidak bisa memimpin secara mutlak karena wanita diatur oleh laki-laki. Sedangkan wanita saat ini sudah berubah wanita yaitu “wani nata”. Wanita memiliki kecerdasan yang luar biasa karena wanita dalam pasif diartikan sebagai konco wingking (konco estri) , yang berarti mendampingi Konco wingking memiliki kesejajaran konco estri (mendampingi). Selain itu Naskah candrarini juga berisi tentang paugeran komunikasi, membangun budaya komunikasi antar perempuan, sehingga membuahkan keluarga yang sakinah mawadah warohmah, adem ayem tentrem dalam keluarga. Menggambarkan figur-figur perempuan yang dimadu. Kunci utama sebetulnya kemampuan melayani suami. Bagaimana menyiapkan kebutuhan suami, membujuk suami, menyiapkan makan suami, gampang diucapkan tetapi sulit dikerjakan. Wanita khususnya para istri, bisa dikatan sempurna apabila memiliki sikap dan perilaku yang baik seperti para istri Arjuna.
Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum menyampaikan bahwa utamanya perempuan adalah menegakkan rumah tangga, secara fisik perempuan tidak sama dengan laki-laki. Wanita memiliki kedudukan tinggi tetapi tidak dalam rumah tangga, suami tetap yang paling tinggi.” Seperti halnya dalam isi Naskah Piwulang Estri.
Cuplikan yang terdapat dalam Naskah Piwulang Estri:
Sebagai ciptaan tuhan mereka yang ditakdurkan menjadi perpemoyan atau harus mampu manata sikap. Mengingat tugas perempuan dalam menjaga hidup sejahtera secara baik. Membentuk karakter sabar, tulus, pandai bersyukur, rajin, kuat jiwa dan raga, berani berkorban.
Wadon itu wadung nggon pepadon, artinya ‘senjata untuk menyatukan’. Menyatukan penjagaan yaitu yang dijaga adalah batasnya rahasia. Maksudnya batasilah pembicaraan pada hal-hal yang penting saja, yang dimilikinya. Terhadap suami jika satu tujuan dan satu rasa pasti akan membahagiakan suami.
Ingatlah kamu sebagai wadon, batasilah pembicaraan hal-hal yang penting saja. Terhadap suami jika satu tujuan dan satu rasa pasti akan membahagiakan suami dan keluarga.
Hal-hal yang harus dihindari dalam berumah tangga, berani terhadap suami harus dihindari, menyalahgunakan kekayaan (boros), tertarik kepada laki-laki lain, tidak boleh tinggi hati atas pengabdiannya. Sistem kompetitif tidak cocok digunakan dalam berumah tangga, akan tetapi sistem kolaborasi adalah sistem yang sesuai untuk mempertahankan rumah tangga, untuk membangun harmoni. Kompetitif tidak bisa diterapkan dalam rumah tangga, karena hal ini akan menimbulkan perpecahan.
Tim Humas Balai Yanpus